Senin, 21 Januari 2013

Informasi Salon Plus Medan dan sekitarnya

Agan-agan berada dalam artikel : Informasi Salon Plus Medan dan sekitarnya
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang :  Informasi Salon Plus Medan dan sekitarnya
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur Agan - agan...


Bercinta Dengan Istri Orang

Sebelum memulai ceritaku, aku akan memberikan sedikit gambaran mengenai diriku.
Namaku adalah Ivan, bekerja sebagai karyawan swasta asing di kawasan Sudirman,
Jakarta. Aku adalah seorang pria berusia 29 tahun, aku keturunan chinese,
wajahku lumayan ganteng, kulitku putih bersih. Tinggiku 165 cm dan berat badanku
70 kg, sedikit kumis menghiasi bibirku.

Kejadian ini adalah sebagian dari kisah nyataku, yang terjadi kurang lebih 4
tahun yang lalu. Terus terang, aku sangat menyukai wanita yang berusia 30-40
tahun, dengan kulit mulus. Bagiku wanita ini sangat menarik, apalagi jika ‘jam
terbangnya’ sudah tinggi, sehingga pandai dalam bercinta. Namun sebagai pegawai
swasta yang bekerja, aku memiliki keterbatasan waktu, tidak mudah bagiku untuk
mencari wanita tersebut. Hal ini yang mendorong aku untuk mengiklankan diriku
pada sebuah surat kabar berbahasa Inggris, untuk menawarkan jasa ‘full body
massage’. Uang bagiku tidak masalah, karena aku berasal dari keluarga menengah
dan gajiku cukup, namun kepuasan yang ku dapat jauh dari itu. Sehingga aku tidak
memasang tarif untuk jasaku itu, diberi berapapun kuterima.

Sepanjang hari itu, sejak iklanku terbit banyak respon yang kudapat, sebagian
dari mereka hanya iseng belaka, atau hanya ingin ngobrol. Di sore hari, kurang
lebih pukul 18.00 seorang wanita menelponku.
“Hallo dengan Ivan?” suara merdu terdengar dari sana.
“Ya saya sendiri” jawabku.
Dan seterusnya dia mulai menanyakan ciri-ciriku. Selanjutnya, “Eh ngomong-ngomong,
berapa sich panjangnya kamu punya?” katanya.
“Yah normal sajalah sekitar 18 cm dengan diameter 6 cm.” jawabku.
“Wah lumayan juga yach, lalu apakah jasa kamu ini termasuk semuanya,” lanjutnya.
“Apa saja yang kamu butuhkan, kamu pasti puas dech..” jawabku. Dan yang agak
mengejutkan adalah bahwa dia meminta kesediaanku untuk melakukannya dengan
ditonton suaminya. Namun kurasa, wah ini pengalaman baru buatku.

Akhirnya dia memintaku untuk segera datang di sebuah hotel “R” berbintang lima
di kawasan Sudirman, tak jauh dari kantorku. Aku menduga bahwa pasangan ini
bukanlah sembarang orang, yang mampu membayar tarif hotel semahal itu. Dan benar
dugaanku, sebuah president suite room telah ada di hadapanku. Segera kubunyikan
bel di depan kamarnya. Dan seorang pria, dengan mengenakan kimono, berusia tak
lebih dari 40 tahun membukakan pintu untukku.

“Ivan?” katanya.
“Ya saya Ivan,” jawabku. Lalu ia mencermatiku dari atas hingga bawah sebelum ia
mempersilakan aku masuk ke dalam. Pasti dia tidak ingin sembarang orang
menyentuh istrinya, pikirku.
“OK, masuklah” katanya. Kamar itu begitu luas dan gelap sekali. Aku memandang
sekeliling, sebuah TV berukuran 52″ sedang memperlihatkan blue film.

Lalu aku memandang ke arah tempat tidur. Seorang wanita yang kutaksir umurnya
tak lebih dari 30 tahun berbaring di atas tempat tidur, badannya dimasukkan ke
dalam bed cover tersenyum padaku sambil menjulurkan tangannya untuk menyalamiku.
“Kamu pasti Ivan khan? Kenalkan saya Donna” katanya lembut.
Aku terpana melihatnya, rambutnya sebahu berwarna pirang, kulitnya mulus sekali,
wajahnya cantik, pokoknya perfect! Aku masih terpana dan menahan liurku, ketika
dia berkata “Lho kok bingung sich”.
“Akh enggak…” kataku sambil membalas salamnya.
“Kamu mandi dulu dech biar segar, tuch di kamar mandi,” katanya.
“Oke tunggu yach sebentar,” jawabku sambil melangkah ke kamar mandi. Sementara,
suaminya hanya menyaksikan dari sofa dikegelapan. Cepat-cepat kubersihkan
badanku biar wangi. Dan segera setelah itu kukenakan celana pendek dan kaos.

Aku melangkah keluar, “Yuk kita mulai,” katanya.
Dengan sedikit gugup aku menghampiri tempat tidurnya. Dan dengan bodohnya aku
bertanya, “Boleh aku lepaskan pakaianku?”, dia tertawa kecil dan menjawab, “terserah
kau saja…”.
Segera kulepaskan pakaianku, dia terbelalak melihatku dalam keadaan polos, “Ahk…
ehm…” dan segera mengajakku masuk ke dalam bed cover juga. “Kamu cantik sekali
Donna” kataku lirih.
Aku tak habis pikir ada wanita secantik ini yang pernah kulihat dan suaminya
memperbolehkan orang lain menjamahnya, ah.. betapa beruntungnya aku ini. “Ah
kamu bisa saja,” kata Donna.

Segera aku masuk ke dalam bed cover, kuteliti tubuhnya satu persatu. Kedua
bulatan payudaranya yang cukup besar dan berwarna putih terlihat menggantung
dengan indahnya, diantara keremangan aku masih dapat melihat dengan sangat jelas
betapa indah kedua bongkah susunya yang kelihatan begitu sangat montok dan
kencang. Samar kulihat kedua puting mungilnya yang berwarna merah kecoklatan. “Yaa
aammpuunn…” bisikku lirih tanpa sadar, “Ia benar-benar sempurna” kataku dalam
hati.

“Van…” bisik Tante Donna di telingaku.
Aku menoleh dan terjengah. Ya Ampuun, wajah cantiknya itu begitu dekat sekali
dengan wajahku. Hembusan nafasnya yang hangat sampai begitu terasa menerpa
daguku. Kunikmati seluruh keindahan bidadari di depanku ini, mulai dari wajahnya
yang cantik menawan, lekak-lekuk tubuhnya yang begitu seksi dan montok, bayangan
bundar kedua buah payudaranya yang besar dan kencang dengan kedua putingnya yang
lancip, perutnya yang ramping dan pantatnya yang bulat padat bak gadis remaja,
pahanya yang seksi dan aah.., kubayangkan betapa indah bukit kemaluannya yang
kelihatan begitu menonjol dari balik bed cover. Hmm…, betapa nikmatnya nanti
saat batang kejantananku memasuki liang kemaluannya yang sempit dan hangat, akan
kutumpahkan sebanyak mungkin air maniku ke dalam liang kemaluannya sebagai bukti
kejantananku.

“Van… mulailah sayang…” bisik Tante Donna, membuyarkan fantasi seks-ku padanya.
Sorotan kedua matanya yang sedikit sipit kelihatan begitu sejuk dalam
pandanganku, hidungnya yang putih membangir mendengus pelan, dan bibirnya yang
ranum kemerahan terlihat basah setengah terbuka, duh cantiknya. Kukecup lembut
bibir Tante Donna yang setengah terbuka. Begitu terasa hangat dan lunak.
Kupejamkan kedua mataku menikmati kelembutan bibir hangatnya, terasa manis.

Selama kurang lebih 10 detik aku mengulum bibirnya, meresapi segala kehangatan
dan kelembutannya. Kuraih tubuh Tante Donna yang masih berada di hadapanku dan
kubawa kembali ke dalam pelukanku.
“Apa yang dapat kau lakukan untukku Van…” bisiknya lirih setengah kelihatan malu.
Kedua tanganku yang memeluk pinggangnya erat, terasa sedikit gemetar memendam
sejuta rasa. Dan tanpa terasa jemari kedua tanganku telah berada di atas
pantatnya yang bulat. Mekal dan padat. Lalu perlahan kuusap mesra sambil
kuberbisik, “Tante pasti tahu apa yang akan Ivan lakukan… Ivan akan puaskan
Tante sayang…” bisikku pelan. Jiwaku telah terlanda nafsu.

Kuelus-elus seluruh tubuhnya, akhh… mulus sekali, dengan sedikit gemas kuremas
gemas kedua belah pantatnya yang terasa kenyal padat dari balik bed cover. “Oouuhh…”
Tante Donna mengeluh lirih.
Bagaimanapun juga anehnya aku saat itu masih bisa menahan diri untuk tidak
bersikap over atau kasar terhadapnya, walau nafsu seks-ku saat itu terasa sudah
diubun-ubun namun aku ingin sekali memberikan kelembutan dan kemesraan kepadanya.
Lalu dengan gemas aku kembali melumat bibirnya. Kusedot dan kukulum bibir
hangatnya secara bergantian dengan mesra atas dan bawah. Kecapan-kecapan kecil
terdengar begitu indah, seindah cumbuanku pada bibir Tante Donna. Kedua jemari
tanganku masih mengusap-usap sembari sesekali meremas pelan kedua belah
pantatnya yang bulat pada dan kenyal. Bibirnya yang terasa hangat dan lunak
berulang kali memagut bibirku sebelah bawah dan aku membalasnya dengan memagut
bibirnya yang sebelah atas. ooh…, terasa begitu nikmatnya. Dengusan pelan
nafasnya beradu dengan dengusan nafasku dan berulang kali pula hidungnya yang
kecil membangir beradu mesra dengan hidungku. Kurasakan kedua lengan Tante Donna
telah melingkari leherku dan jemari tangannya kurasakan mengusap mesra rambut
kepalaku.

Batang kejantananku terasa semakin besar apalagi karena posisi tubuh kami yang
saling berpelukan erat membuat batang kejantananku yang menonjol dari balik
celanaku itu terjepit dan menempel keras di perut Tante Donna yang empuk,
sejenak kemudian kulepaskan pagutan bibirku pada bibir Tante Donna.

Wajahnya yang cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus
menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah yang
paling kusukai, wangi sekali baunya. Tak perlu ragu.
“Ohhh apa yang akan kau lakukan… akh…” tanyanya sambil memejamkan mata menahan
kenikmatan yang dirasakannya. Beberapa saat kemudian tangan itu malah mendorong
kepalaku semakin bawah dan.., “Nyam-nyam..” nikmat sekali kemaluan Tante Donna.
Oh, bukit kecil yang berwarna merah merangsang birahiku.

Kusibakkan kedua bibir kemaluannya dan, “Creeep…” ujung hidungku kupaksakan
masuk ke dalam celah kemaluan yang sudah sedari tadi becek itu.
“Aaahh… kamu nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang kemaluannya adalah
terindah yang pernah kucicipi, bibir kemaluannya yang merah merekah dengan
bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Bergiliran
kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu dengan mulutku. “Ooohh lidahmu..
oooh nikmatnya Ivan…” lirih Tante Donna.

Sementara aku asyik menikmati bibir kemaluannya, ia terus mendesah merasakan
kegelian, persis seorang gadis perawan yang baru merasakan seks untuk pertama
kali, kasihan wanita ini dan betapa bodohnya suaminya yang hanya memandangku
dari kegelapan.

“Aahh.. sayang… Tante suka yang itu yaahh.. sedooot lagi dong sayang oooggghh,”
ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku. Sebuah panggilan yang
sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.
Lima menit kemudian… “Sayang.. Aku ingin cicipi punya kamu juga,” katanya
seperti memintaku menghentikan tarian lidah di atas kemaluannya.
“Ahh… baiklah Tante, sekarang giliran Tante,” lanjutku kemudian berdiri
mengangkang di atas wajahnya yang masih berbaring. Tangannya langsung meraih
batang kemaluan besarku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya yang jauh di
atas rata-rata.
“Okh Van… indah sekali punyamu ini..” katanya padaku, lidahnya langsung menjulur
kearah kepala kemaluanku yang sudah sedari tadi tegang dan amat keras itu.
“Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm… ngggmm,” belum lagi kata-kata
isengnya keluar aku sudah menghunjamkan burungku kearah mulutnya dan, “Crooop..”
langsung memenuhi rongganya yang mungil itu. Matanya menatapku dengan pandangan
lucu, sementara aku sedang meringis merasakan kegelian yang justru semakin
membuat senjataku tegang dan keras.
“Aduuuh enaak… ooohh enaknya Tante ooohh..” sementara ia terus menyedot dan
mengocok batang kemaluanku keluar masuk mulutnya yang kini tampak semakin sesak.
Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana kemari
sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang halus itu.
Sesekali ia menggigit kecil kepala kemaluanku dalam mulutnya, “Mm… hmmm…” hanya
itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku yang meremas keras
daging empuk di dadanya.

“Crop…” ia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Aku langsung menyergap
pinggulnya dan lagi-lagi daerah selangkangan dengan bukit berbulu itu kuserbu
dan kusedot cairan mani yang sepertinya sudah membanjir di bibir kemaluannya.
“Aoouuuhh… Tante nggak tahan lagi sayang ampuuun… Vannn… hh masukin sekarang
juga, ayooo..” pintanya sambil memegang pantatku. Segera kuarahkan kemaluanku ke
selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi liang
kemaluannya yang terbuka lebar, pelan sekali kutempelkan di bibir kemaluannya
dan mendorongnya perlahan, “Nggg… aa.. aa.. aa.. iii.. ooohh masuuuk… aduuuh
besar sekali sayang, ooohh…” ia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang
terluka iris.

Aku tahu kalau itu adalah reaksi dari bibir kemaluannya yang terlalu rapat untuk
ukuran burungku. Dan Tante Donna merupakan wanita yang kesekian kalinya
mengatakan hal yang sama. Namun jujur saja, ia adalah wanita setengah baya
tercantik dan terseksi dari semua wanita yang pernah kutiduri. Buah dadanya yang
membusung besar itu langsung kuhujani dengan kecupan-kecupan pada kedua
putingnya secara bergiliran, sesekali aku juga berusaha mengimbangi gerakan
turun naiknya diatas pinggangku dengan cara mengangkat-angkat dan memiringkan
pinggul hingga membuatnya semakin bernafsu, namun tetap menjaga ketahananku
dengan menghunjamkan kemaluanku pada setiap hitungan kelima.

Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras
sementara burungku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang senggamanya
yang sudah terasa banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang ternyata
merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga wanita itu berteriak kecil
merintih menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja kamar tidur tersebut
terletak di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami
berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya, kedua tanganku meraih kepalanya dan
menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling
memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Setelah itu lidahku
menjalar liar di pipinya naik kearah kelopak matanya melumuri seluruh wajah
cantik itu, dan menggigit daun telinganya. Genjotan pinggulnya semakin keras
menghantam pangkal pahaku, burungku semakin terasa membentur dasar liang
senggama.

“Ooohh.. aa… aahh… aahh… mmhh geliii ooohh enaknya, Vann… oooh,” desah Tante
Donna.
“Yaahh enaak juga Tante.. ooohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot yang keras
Tante, nikmat sekali seperti ini, ooohh enaakk… ooohh Tante ooohh..” kata-kataku
yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali. Tanganku yang tadi berada di
atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia
menekan ke bawah dan menghempaskan kemaluannya tertusuk burungku, secara
otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula
kemaluannya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang kejantananku.

Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Donna terasa menegang, aku
mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, “Vann… aahh
aku nngaak… nggak kuaat aahh.. aahh.. ooohh…”
“Taahaan Tante… tunggu saya dulu nggg.. oooh enaknya Tante.. tahan dulu … jangan
keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Donna menegang kaku, tangannya
mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak
tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar
sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras payudaranya untuk
memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. “Ooo… nggg… aahh… sayang sayang..
sayang.. oooh enaak.. Tante kelauaar.. ooohh.. ooohh…” teriaknya panjang
mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan kemaluannya disekeliling
burungku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental
terasa menyemprot enam kali di dalam liang kemaluannya sampai sekitar sepuluh
detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.

Sementara itu makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas suara
gesekan antara kemaluan saya dengan kemaluannya yang telah dibasahi oleh cairan
dari kemaluan Tante Donna. “Aaakhh.. enakk!” desah Tante Donna sedikit teriak.
“Tante.. saya mau keluar nich.. eeesshh..” desahku pada Tante Donna.
“Keluarkanlah sayang.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.
“Uuugghh.. aaaggh.. eeenak Tante..” teriakku agak keras dengan bersamaannya
spermaku yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan Tante Donna.

“Hemm.. hemmm…” suara itu cukup mengagetkanku. Ternyata suaminya yang sedari
tadi hanya menonton kini telah bangkit dan melepas kimononya. “Sekarang
giliranku, terima kasih kau telah membangkitkanku kau boleh meninggalkan kami
sekarang,” katanya seraya memberikan segepok uang padaku.

Aku segera memakai pakaianku, dan melangkah keluar. Tante Donna mengantarkanku
kepintu sambil sambil menghadiahkanku sebuah kecupan kecil, katanya “Terima
kasih yach.. sekarang giliran suamiku, karena ia butuh melihat permainanku
dengan orang lain sebelum ia melakukannya.”
“Terima kasih kembali, kalau Tante butuh saya lagi hubungi saya saja,” jawabku
sambil membalas kecupannya dan melangkah keluar.

“Akh… betapa beruntungnya aku dapat ‘order’ melayani wanita seperti Tante Donna,”
pikirku puas. Ternyata ada juga suami yang rela mengorbankan istrinya untuk
digauli orang lain untuk memenuhi hasratnya.